I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geologi merupakan suatu cabang ilmu mengenai pembentukan
muka bumi dilihat dari unsur pembentukannya. Pembentukan
permukaan bumi secara umum dihasilkan oleh proses pengangkatan dan penimbunan
dan proses ini terlihat dari bentukan lahan yang Nampak di permukaan
bumi.Praktikum geologi kali ini lebih ditekankan pada pengenalan batuan sebagai bagian
dari proses pembentukan muka bumi.selain itu, morfologi dari daerah
praktikum seperti bentuk pantai dan daerah sekitarnya merupakan proses alam
yang terjadi baik secara eksternal maupun internal dilihat dari agen
pembentukannya.
Seorang ahli
geologi mempunyai tugas disamping melakukan
penelitian-penelitian untuk mengungkapkan misteri yang masih
menyelimuti proses-proses yang
berhubungan dengan bahan-bahan yang membentuk bumi, gerak-gerak dan perubahan
yang terjadi seperti gempa-bumi dan meletusnya gunung api, juga mencari dan
mencoba menemukan bahan-bahan yang kita butuhkan yang diambil dari dalam bumi
seperti bahan tambang dan minyak dan gas bumi. Semakin berkembangnya
penghuni bumi, dimana sebelumnya
pemilihan wilayah pemukiman bukan merupakan masalah, sekarang ini
pengembangan wilayah harus memperhatikan
dukungan terhadap lingkungan yang ditentukan oleh faktor-faktor geologi agar
pembangunannya tidak merusak keseimbangan alam. Karena itu tugas seorang ahli
geologi disamping apa yang diuraikan diatas, juga mempelajari sifat-sifat bencana alam, seperti banjir, longsor,
gempa-bumi dan lain-lain; meramalkan dan bagaimana cara menghindarinya.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi
perkembangan roman permukaan pantaibumi di daerah pantai adalah seperti, gelombang, arus, dan pasang yang berlaku sebai
faktor pengikis,pengangkut dan pengendap.Sifat bagian daratan yang mendapat
pengaruh prosese-proses marin.jadi apakah berupa dataran rendah ,curam, landai,
dan bagai mana sifat batuannya.Permukaan air laut ketinggiannya senantiasa
berubah-ubah, hal ini mungkin berlaku lokal atau bisa berlaku pula
untuk seluruh pantai di muka bumi.bersifa lokal dapat terjadi sebagai
akibat dari pengaruh pengangkatan atau penurunan daratan yang
hanya meliputi daerah yang sempait,sedangkan perubahan muka air
laut yang berlaku bagi seluruh permukaan bumi dapat di sebab
kan oleh adanya dua hal yaitu, pembekuan /pencairan es secara besar-besaran
di daerah kutub. Karena daya tampung laut yang berubah
misalnya,karena terjadi penurunan atu pengangkatan dasar laut yng luas.sehingga
permukaan air laut berubah secara keseluruhan.
Faktor alami yang lain,seperti tumbuhnya
bunatang karang didaerah pantai,vulkanisme,dan lain-lain.Pengarauh manusia ,
misalnya pembuatan pelabuhan, reklamasi pantai ,pengeringan rawa pantai,
pembutan jeti di pantai ,dan sebaginya yang kesemunya dapat mempengaruhi
perkembangan pantai.Faktor yang banyak di bahas dalam hal ini adalah faktor
gerakan air laut, yaitu yang meliputi gelombang (wave), arus (current), dan
pasang surut (tide), krna faktor ini merupakan paktor yang paling berperan
dalam perkembangan pantai.
Desa Bunati di
Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan memiliki tanah
singkapannya terdiri dari jenis batuan dan gugusan formasi batubara yang
terlihat menjorok kepermukaan. Kondisi pantai Bunati terdiri dari hamparan
pasir, muara sungai, tanjung yang terdapat singkapan batuan serta aktivitas Terminal
khusus perairan pantai Bunati merupakan arus pelayaran kapal pengangkut
batubara (atau yang disebut dengan Tongkang) yang tidak menutup kemungkinan dapat
mempengaruhi jenis batuan yang terdapat di wilayah pantai Bunati menjadi
terjadi.
Bentukan lahan di desa Bunati diperkirakan
berasal dari proses marine dan fluvial. Agar dapat mengetahui proses yang
terjadi di desa Bunati dan mengembangkan mata kuliah Geologi Laut maka
mahasiswa Ilmu Kelautan melakukan praktek lapang di wilayah tersebut.
1.2 Tujuan dan kegunaan
Adapun
tujuan dan kegunaan praktek lapang yang dilaksanakan
di Pantai Bunati Kecamatan Angsana :
· Dapat mengenal jenis-jenis batuan yang terdapat di sepanjang garis
pantai Bunati.
· Mengetahui struktur batuan yang tersingkap di sepanjang garis pantai Bunati.
· Mengetahui proses geomorfologi di Desa Bunati.
Adapun
kegunaan dari praktek lapang ini adalah :
· Mahasiswa dapat memahami langsung bagaimana mengaplikasikan materi yang
didapat selama perkuliahan secara langsung di lapangan.
·
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam mengidentifikasi
menginterpretasi jenis batuan dan bentukan lahan.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup praktek lapang di perairan Pantai Bunati adalah
sebagai berikut :
1.3.1
Ruang
Lingkup Wilayah
Ruang lingkup praktek
lapang kali ini adalah mencakup lokasi perairan pesisir dan laut Desa Bunati
Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu dimana di sekitar tempat tersebut
merupakan wilayah Pelabuhan khusus.
1.3.1. Ruang Lingkup Materi
Praktik lapang ini menitik beratkan pada
materi pengenalan jenis batuan, pengamatan struktur batuan tersingkap dan
geomorfologi pantai di lokasi praktik.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian Geologi
Geologi adalah
suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari segala sesuatu mengenai
planit Bumi beserta isinya yang pernah ada. Merupakan kelompok ilmu yang
membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur,
proses-proses yang bekerja baik didalam maupun diatas permukaan bumi, kedudukannya di Alam Semesta serta
sejarah perkembangannya sejak bumi ini
lahir di alam semesta hingga
sekarang. Geologi dapat digolongkan
sebagai suatu ilmu pengetahuan yang komplek, mempunyai pembahasan materi yang
beraneka ragam namun juga merupakan suatu bidang ilmu
pengetahuan yang menarik untuk dipelajari. Ilmu ini mempelajari dari
benda-benda sekecil atom hingga ukuran benua, samudra, cekungan dan rangkaian pegunungan (Noor, 2010).
Geologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang masa sekarang atau masa yang lampau dari bentuk-bentuk
morfologi, struktur bumi, lingkuungan dan kehidupan fosil yang terdapat pada
batuan. Bidang utama yang dipelajari adalah semua jenis batuan, tanah dan air
dalam tanah batuan yang bermanfaat untuk pencarian bahan-bahan tambang minyak
dan gas, endapan mineral maupun dapat sebagai konsultan bidang geologi teknik.
Ahli geologi dapat mengungkapkan fenomena alam tentang bencana gempa bumi dan
tsunami, gunung meletus, banjir, gerakan tanah dan lain-lain. (Sukartono,
2010).
Menurut Hadiwidoyo (1976) bahwa ilmu geologi adalah pengetahuan alam yang
mempelajari litosfer (Lithos : batu, phere : lapisan) dan gejala-gejalanya,
semula ilmu geologi ditempatan sebagai ilmu murni bagian dari ilmu pengetahuan
alam yang bersifat deskriptif klasik yaitu pengetahuan yang mempelajari atau
menyelidiki lapisan-lapisan batuan yang ada dalam kerak bumi dan menuliskan
sejarah perkembangannya. Menjelang akhir abad ke-20 bidang geologi mengalami
perkembangan yang pesat, geologi dari ilmu murni lambat laun berubah menjadi
salah satu disiplin yang digunakan manusia masa kini secara intensif dalam
upaya mengubah lingkungan alam demi untuk kehidupannya yang layak.
2.2 Manfaat mempelajari
Geologi Laut
Cakupan
dari ilmu geologi sangat luas seperti yang tersebut dalam definisinya, yaitu
mempelajari bumi seutuhnya. Sehingga untuk memudahkan dalam mempelajari bumi,
maka ilmu geologi dapat dipecah menjadi beberapa cabang ilmu geologi semakin bertambah
seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Dari
apa yang telah diuraikan diatas, dapat diketahui beberapa kepentingan dalam
mempelajari ilmu geologi. Di bawah ini beberapa kepentingan tersebut :
· Ilmu geologi dapat membantu untuk mengetahui dan memahami awal terjadi
dan struktur dari bumi sebagai planet khususnya daratan dan lautan yang
menyusun kerak bumi.
· Ilmu geologi dapat membantu menjelaskan karakteritik dan babbling alam
yang sangat bervariasi dan bagaimana bentang dan yang sangat berbeda ini dapat
terbentuk dan dimanfaatkan oleh manusia.
· Pengetahuan geologi sangat membantu untuk mengetahui dimana mineral dan
batuan berharga dapat dijumpai.
· Keberadaan material bangunan sangat tergantung pada kondisi geologi
suatu daerah. Pengetahuan geologi sangat membantu para ahli bangunan untuk
mendapatkan material bahan bangunan.
· Ilmu geologi sangat penting dalam hubungannya dengan sumber daya air,
karena keberadaan air sangat tergantung juga pada jenis atau macam batuannya.
· Pengetahuan geologi sangat membantu untuk memprediksikan atau
meramalkan kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana alam seperti longsoran,
aktivitas gunung api dan sebagainya (Anonim, 2009).
2.3 Struktur Geologi dan
Geomorfologi Pantai
Struktur Geologi merupakan studi mengenal unsur
– unsur struktur geologi, yaitu studi tentang perlipatan, rekahan, sesar, dan
sebagainya, yang terdapat didalam suatu satua tektonik. Tektonik sendiri
dianggap suatu studi yang mencakup masalah bentuk, pola evolusi dari satuan
tektonik dalam ukuran yang lebih besar seperti : cekungan sedimentasi,
rangkaian pegunungan, paparan dan sebagainya. Geologi struktur dalam hal ini
sudah pasti erat hubungannya dengan studi tentang struktur sekunder, yaitu
suatu struktur yang terbentuk setelah terjadi pengendapan batuan. Macam – macam
struktur sekunder :
a) Kekar (joint)
: yaitu rekahan – rekahan dalam batuan yang terjadi karena tekanan atau tarikan
yang disebabkan oleh gaya yang bekerja dalam kerak bumi.
Gambar 2.1. Macam-macam Kekar
b) Sesar (fault) : adalah rekahan – rekahan
dalam kulit bumi, yang telah mengalami pergeseran.
Gambar 2.2. Macam-macam Sesar
c) Lipatan (fold)
: yaitu penekukan pada batuan, baik dalam batuan sedimen atau metamorf.
Gambar 2.3. Sketsa Sistem Pelipatan
d) Bidang Pelapisan (unconformity) : yaitu
suatu bidang erosi yang memisahkan antara batuan yang lebih muda dari yang
lebih tua.
Gambar 2.4. Sketsa Sistem Pelipatan
Pada dasarnya geomorfologi mempelajari bentuk bentang alam
atau bentuk lahan. Perkembangan teknologi penginderaan jauh baik pesawat maupun
dari satelit yang menghasilkan citra atau foto udara, dapat mempermudah untuk
melihat dan menginterpretasikan kenampakan geomorfologi (Noor, 2011).
Worcester (1939) mendefinisikan geomorfologi sebagai diskripsi
dan tafsiran dari bentuk roman muka bumi.
Definisi Worcester ini lebih luas dari sekedar ilmu pengetahuan tentang
bentangalam (the science of landforms), sebab termasuk pembahasan tentang
kejadian bumi secara umum, seperti pembentukan cekungan lautan (ocean basin)
dan paparan benua (continental platform), serta bentuk-bentuk struktur yang
lebih kecil dari yang disebut diatas, seperti plain, plateau, mountain dan
sebagainya.
Sehubungan dengan stadia geomorfologi yang dikenal juga
sebagai Siklus Geomorfik (Geomorphic cycle) yang pada mulanya diajukan Davis
dengan istilah Geomorphic cycle. Siklus dapat diartikan sebagai suatu peristiwa
yang mempunyai gejala yang berlangsung secara terus menerus (kontinyu), dimana
gejala yang pertama sama dengan gejala yang terakhir. Siklus geomorfologi dapat
diartikan sebagai rangkaian gejala geomorfologi yang sifatnya menerus.
Misalnya, suatu bentangalam dikatakan telah mengalami satu siklus geomorfologi
apabila telah melalui tahapan perkembangan mulai tahap muda, dewasa dan tua.
Stadium tua dapat kembali menjadi muda apabila terjadi
peremajaan (rejuvenation) atas suatu bentangalam. Dengan kembali ke stadia
muda, maka berarti bahwa siklus geomorfologi yang kedua mulai berlangsung.
Untuk ini dipakai formula n + 1 cycle, dimana n adalah jumlah siklus yang
mendahului dari satu siklus yang terakhir. Istilah lain yang sering dipakai
untuk hal yang sama dengan siklus geomorfologi adalah siklus erosi (cycle of erosion). Dengan
adanya kemungkinan terjadi beberapa siklus geomorfologi, maka dikenal pula
istilah : the first cycle of erosion, the
second cycle of erosion, the third cycle of erosion, etc. Misalnya suatu
plateau yang mencapai tinmaturely
dissected plateau in the second cycle of erosion.
Wilayah pantai merupakan daerah yang sangat dinamis karena
wilayah tersebut merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut. Oleh karena itu, morfologi dan bentang alam
wilayah pantai yang terbentuk merupakan hasil dari
hempasan
gelombang air laut dan aktivitas manusia.
Geomorfologi pantai dapat berupa dataran aluvial, bangunan pantai,
estuari, lagoon, delta, hutan mangrove dan bangunan pantai (Noor, 2010).
Geomorfologi
yang merupakan salah satu parameter dari kerentanan pantai terhadap kenaikan
muka laut berpengaruh terhadap tingkat erosi relatif pada suatu bagian
pantai. Menurut Gornitz (1991) pantai
yang sangat rentan terhadap kenaikan muka laut adalah pantai dengan
geomorfologi berupa penghalang pantai, pantai berpasir, pantai berlumpur
(mudflats), dan delta. Sedangkan pantai
dengan bentuk geomorfologi berupa tebing tinggi dan fjords sangat tidak rentan
terhadap kenaikan muka laut.
2.4. Kelerengan Pantai
Kelerengan pantai adalah
tingkat kecuraman atau nilai kelandaian suatu daerah pantai yang diukur
dari batas zonasi tubuhan hingga batas air laut (Anonim,
2012).
Pengukuran kelerengan pantai dilakukan pada saat surut yaitu
pada pagi hari dan pada saat pasang pada sore hari karena pantai pada saat
surut akan tambah luas dan pada saat pasang luas pantai akan berkurang.
Pengukuran kemiringan pantai dilakukan
dengan menggunakan water pass dan kompas geologi. Pengambilan data dengan water
pass ditambah dengan peralatan lain seperti meteran, dan juga satu buah kayu
range sepanjang 2 meter. Langkah pertama, kayu range yang berukuran 2 m
diletakkan secara horizontal di atas pasir dan dilekatkan tepat pada batas
pantai teratas. Kemudian waterpass diletakkan di atas kayu range berukuran 2 m,
lalu kayu tersebut dipastikan horizontal sampai air pada alat water pass tepat
berada di tengah. Setelah dipastikan horizontal, hitung ketinggian kayu range
tersebut dengan meteran. Sehingga dapat diketahui kemiringan pantai
tersebut dengan cara menghitung sudut yang dibentuk antara garis horizontal dan
vertikal yang didapatkan. Pengukuran ini dilakukan dari batas pantai teratas
sampai pantai yang tepat menyentuh air.
Untuk penggunaan kompas geologi dalam
penentuan kemiringan pantai lebih sederhana lagi, cukup dengan meletakkan
kompas di pantai, kemudian putar alat pengaturannya sampai air pada kompas
sebagai penanda horizontal tepat berada di tengah. Nilai kemiringan pantai
dapat diperoleh langsung dengan melihat nilai yang tertera pada kompas geologi
tersebut(Anonim, 2011).
2.5.
Jenis- Jenis Batuan
Berdasarkan kejadiannya atau cara
terbentuknya atau genesanya menjadi 3 kelompok utama:
1.
Batuan beku, batuan yang terbentuk dari pembekuan magma
2.
Batuan sedimen, batuan yang terbentuk dari hasil rombakkan batuan yang telah
ada sebelumnya
3.
Batuan metamorf, batuan yang terbentuk akibat adanya pengaruh tekanan,
panas atau keduanya yang sangat tinggi (Nurdin 2009).
Batuan umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi
mineral dan kimia, dengan tekstur partikel unsur dan oleh proses yang mereka.
Ciri – ciri ini mengklasifikasikan batuan menjadi beku, sedimen, dan metamorf. Mereka
lebih diklasifikasikan berdasarkan ukuran partikel yang membentuk mereka.
Transformasi dari satu jenis batuan yang lain digambarkan oleh model geologi (Pettijohn 1987).
Pengkelasan
ini dibuat dengan berdasarkan:
1. Kandungan mineral yaitu jenis-jenis mineral yang terdapat
di dalam batu ini.
2. Tekstur batu, yaitu ukuran dan bentuk hablur-hablur
mineral di dalam batu
3. Struktur batu, yaitu susunan hablur mineral di dalam
batu.
4. Proses pembentukan (Anonim 2011).
2.5.1. Batuan Beku
2.5.1. Batuan Beku
Batuan beku merupakan batuan yang
terbentuk dari hasil pendinginan dan kristalisasi magma di dalam maupun di
permukaan bumi. Secara umum, mineral-mineral penyusun batuan beku dapat
digambarkan oleh bowen reaction series (Nurdin 2009).
Berdasarkan tempat terbentuknya,
batuan beku dapat dibagi menjadi 2, yaitu batuan plutonis dan batuan vulkanis :
a.
Batuan beku plutonis
Batuan beku plutonis adalah batuan
yang proses terbentuknya jauh di dalam bumi (15 – 50 km). Batuan ini terbentuk
dari pendinginan yang berjalan sangat lambat. Oleh karena itu, batuan ini
mempunyai kristal yang sempurna (holokristalin).
Ciri-ciri batuan plutonis:
- Pada umumnya berbutir kasar
- Jarang memperlihatkan struktur vesikuler (lubang
gas)
b. Batuan beku vulkanis
Merupakan batuan yang terbentuk di
permukaan bumi. Ciri-ciri batuan vulkanis:
- Berbutir halus dan sering terdapat kaca
- Memperlihatkan struktur vesikuler (Nurdin 2009).
2.5.1.
Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang
terbentuk dari hasil pengendapan (sedimentasi), hasil erosi atau batuan yang
terjadi dari akumulasi mineral dari hasil perombakan batuan yang sudah ada
sebelumnya atau hasil aktifitas kimia maupun organisme yang diendapkan lapis
demi lapis pada permukaan bumiyang kemudian mengalami pembatuan (litifikasi)
dan diagenesa (Nurdin 2009).
Proses pembentukan sedimen menjadi
batuan sedimen disebut diagenesis. Adapun proses-proses yang terjadi dalam
diaganesis, antara lain:
a.
Kompaksi, yaitu pembentukan akibat beban akumulasi sedimen atau
material lain yang menyebabkan hubungan antar butir lebih lekat, air dalam
pori-pori antar butir keluar menjadi kompak atau padat, volumenya berubah, dan
porositasnya menjadi berkurang.
b.
Sementasi, yaitu proses keluarnya air pori-pori yang mengendapkan
material terlarut (CaCO3, SiO2, Fe2O3,
oxida atau mineral lempung) menyemen butiran-butiran sedimen mengakibatkan
porositas sedimen menjadi lebih kecil dari material semula.
a.
Rekristalisasi, dimana mineral-mineral kurang stabil (aragonit) saat
sedimen terakumulasi mengkristal kembali menjadi stabil (kalsit).
b.
Pelarutan, terjadi karena ada tekanan yang berasal dari sedimen yang
adadi atasnya sehingga menimbulkan panas dan akhirnya terjadi pelarutan.
c.
Autijenesis, pembentukan mineral baru.
d.
Penggantian (replacement).
e.
Bioturbasi, yaitu penghancuran lapisan sedimen, bisa menjadi lempung
dan mempunyai porositas yang tinggi.
Batuan sedimen dibagi menjadi 2
(dua) jenis berdasarkan cara terbentuknya batuan tersebut, yaitu :
a.
Batuan sedimen klastik, yaitu batuan sedimen yang terbentuk dengan
proses mekanis (disintegrasi menjadi fragmen yang lebih kecil); pelapukan;
kimiawi; erosi; transportasi oleh air,angin, dan es; sedimentasi (pengendapan),
dan diagenesis.
b. Batuan sedimen non-klastik, yaitu batuan sedimen
yang terbentuk karena adanya ubahan tidak secara mekanis bisa karena terjadi
perubahank imiawinya atau karena pengaruh makhluk hidup (Nurdin 2009).
Pengelompokkan yang sederhana dalam
batuan sedimen adalah dua kelompok besar, yaitu:
a.
Batuan Sedimen Klastik
Terdiri dari material-material
pecahan atau hancuran batuan atau mineral yang sudah ada sebelumnya.
(fragmen-pecahan besar dan matriks-pecahan kecil). Terbentuk sebagai akibat
kompaksi dari material batuan beku, batuan sedimen lain, dan batuan malihan,
dengan ukuran butir beragam. Karena pembentukan tersebut diakibatkan oleh
angin, air, atau es, maka disebut juga batuan sedimen mekanik (mechanical
sediment). Contoh : breksi, rudaceous, arkose, greywacky, batupasir,
batulempung, batu serpih, argillaceous, arenaseous, konglomerat, tilit
(tillite, konglomerat/breksi yang terendapkan oleh es), batu lanau dan
sebagainya (Nurdin 2009).
b.
Batuan Sedimen Non Klastik
Batuan
sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari hasil
kegiatan organisme. Reaksi yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik (penggaraman unsur –
unsur laut, pertumbuhan kristal dari agregat kristal yang terpresipitasi dan
replacement).Ciri khas tekstur nonklastikadanya kristal-kristal yang saling
menjari, tidak ada ruang berpori-pori antarbutir, dan umumnya mono mineralik.
Kristal-kristal dalam batuan sedimen non klastik dapat berbentuk serabut,
lembaran atau butiran (Nurdin 2009).
a.
Batuan Sedimen Kimiawi
Sedimen kimiawi adalah sedimen yang
pembentukannya dari pengendapan mineral yang terlarut dalam air.
- Batuan Sedimen Evaporit
Batuan yang mineral penyusunnya yang
bersifat mono mineral, yangdikenal sebagai mineral garam. Batuan evaporit
biasanya terdapat dalam keadaan murni dan berlapis-lapis. Contohnya batuan
evaporit yang utama:batuan gip, batuan anhidrit dan batu garam (halit).
- Batuan Sedimen Silika
Batuan yang termasuk ke dalam
golongan ini adalah batuan yang bersifat mono mineral, dan banyak serta langka
terdapat sebagai batuan, seperti rijang (chert)
-
Batuan Sedimen Organik
Batuan sedimen organik berasal dari
akumulasi flora dan fauna yang telah mati, misalnya :
1)
Batu gamping, cangkang, terumbu
2)
Radiolaria (dari radiolarian laut dalam)
3)
Diatomea (dari tumbuhan)
4)
Batu bara (dari mangrove)
5)
Hidrokarbon dan gas (dari foraminifera)
- Batuan Karbonat
Batuan karbonat adalah batuan yang
terdiri dari material karbonat yangt erdiri dari butiran dan matrik sebanyak
75% tanpa semen. Contohnya adalah limestone dan dolostone. Tekstur dari batuan
ini tidak sama dengan batuan lainnya (mono mineral) (Nurdin 2009).
Terdapat
tiga jenis proses pengubahan yang menyebabkan sedimenkarbonat berubah menjadi
batuan karbonat. Ketiga proses ini adalah :
1)
Litifikasi sedimen karbonat
2)
Pengkristalan kalsium karbonat yang semula dalam keadaan membatu
3)
Penggantian materi-materi lain oleh kalsium karbonat
Komponen utama batuan karbonat
terdiri dari 6 komponen, yaitu:
1)
Butiran (the allochemical component)
-
non skeletal : ooids (<2mm), pisoids, coated grains (inti : fosil),
intraclasts, extraclasts
-
skeletal components : fosil
2)
Lumpur karbonat
-
matriks diantara butiran; material alogenik (lumpur karbonat)
maupunautigenik (mikrokristalin)
-
mikrit (mikrokristalin ukuran < 5 µm); mikrospar (5-15 µm)
3)
Komponen Terigen : non karbonat (kuarsa, felspar, dll)
4)
Semen Kalsit Spar : mengisi antara butiran / rongga; lebih kasar dari
mikrit
5)
Mineral Autigenik : dolomit, kuarsa, glaukonit
6)
Rongga : semua celah/tempat yang dapat diisi oleh air,
hidrokarbon,maupun udara.
2.5.1.
Batuan Metamorf
Batuan metamorf merupakan batuan
yang telah mengalami perubahan akibattekanan dan atau suhu yang tinggi (T>2000°C dan P>300Mpa) yang terjadi secara isokimia yang menghasilkan
batuan dengan mineralogi yang berbeda. Proses pembentukkan batuan metamorf
disebut metamorfisme Metamorfisme
sendiri dapat dibagi menjadi 4, diantaranya:
- Metamorfisme kataklastik (jarang terjadi),
deformasi mekanik pada metamofisme thd. batuan regas menghasilkan hancuran
tidak terjadi rekstalisasi bila berlanjut fragmen menjadi lonjong biasanya
terjadi akibat sesar yang akan menghasilkan breksiasi atau milonitisasi.
- Metamorfisme Kontak, akibat kenaikan suhu
(intrusi magma), terjadi rekristalisasi kimia disekitar intrusi, metamorfisme
aureol
- Metamorfisme beban (burial), akibat
tertimbun sangat dalam, suhu 3000°C,kelompok mineral zeolit.
-
Metamorfisme regional, pada kerak benua, sangat luas yang merupakan
rangkaian seri fasies dynamo-termal.
Klasifikasi yang paling sering
digunakan adalah berdasarkan keadaan foliasi yang berkembang, dengan komposisi
mineral berperan sebagai tambahan. Berdasarkan foliasi, batuan metamorf
dibedakan menjadi tiga, yaitu batuan yang:
a.
Berfoliasi sangat kuat, yaitu yang mudah pecah melalui bidang
foliasi,biasanya karena melimpahnya Mika yang terorientasi. Batuannya adalah:
1)
Slate (batu sabak). Bersifat afanitik, mempunyai kilap suram padabidang
foliasi. Berkomposisi utama mineral lempung. Batu sabak tampak merah bila
mengandung banyak kematite, hijau bila klorit,dan umumnya abu-abu sampai hitam
bila banyak grafit.
2)
Phyllite (Fillit). Bersifat afanitik, berbutir lebih kasar daripada batusabak
dan bidang foliasinya mengkilat karena Mika atau Klorityang sudah lebih banyak
daripada batusabak. Batuan ini merupakanperalihan dari batusabak ke batusekis.
3)
Schist (Skis). Bersifat fanerik, banyak mengandung mineral pipih yang
terorientasi seperti: Mika, Klorit, Talk, Grafit.
b.
Berfoliasi lemah, yaitu yang berfoliasi tetapi tidak mudah/tidak dapat
pecah melalui bidang foliasi. Orientasi mineral-mineral pipih berselingan
dengan mineral-mineral yang tidak pipih yang berbutir sama besar.Butirannya
antara lain: Gneiss (Gneis), bersifat fanerik, berbutir sedang sampai kasar.
Komposisi yang utama: Kuarsa, Feldspar, Mika, dan kadang-kadang Hornblende.
c.
Berfoliasi sangat lemah sampai nonf oliasi: batuan didominasi
olehmineral-mineral berbentuk kubus, mineral – mineral pipih bila ada
orientasinya acak. Batuan ada yang granular atau berlineasi. Batuannya antara
lain:
1)
Quartzite (Kuarsit). Komposisinya yang sangat utama adalah Kuarsa,bila pecah tak
rata dan tidak mengelilingi butiran, non foliasi.
2)
Marble (Marmer). Berkomposisi utama Kalsit, warna abu-abu (biasanya) karena
Grafit (bereaksi positif dengan HCl).
3)
Hornfels. Bersifat afanitik sampai fanerik halus, berkomposisi Kuarsa,
Feldspar, Mika (diketahui dari pengamatan lapangan).
4)
Granofels. Bersifat fanerik kasar, nonfoliasi, berkomposisi Kuarsa dan Feldspar
(yang berbentuk kubus).
5)
Granulite. Bersifat fanerik kasar, nonfoliasi, berkomposisi Piroksindan Garnet
di samping Kuarsa dan Feldspar.
Serpentinite. Nonfoliasi sampai lineasi, berwarna hijau,
hijau sampai kuning pucat. Komposisi utamanya Serpentin (Nurdin 2009)
2.6 Strike
dan Dip
Dalam penelitian lapisan dan struktur geologi kita harus
mengetahui kedudukan batuan di permukaan bumi dengan mengukur arah
penyebarannya dan juga kemiringan batuan.
Dalam ilmu Geologi,
kedua elemen tersebut dinamakan Strike dan Dip. Apa itu Strike Dip? Strike atau
Jurus adalah arah garis yang dibentuk dari perpotongan bidang planar dengan
bidang horizontal ditinjau dari arah utara, sedangkan Dip adalah derajat yang dibentuk
antara bidang planar dan bidang horizontal yang arahnya tegak lurus dari Strike Dip pada batuan umumnya muncul pada batuan hasil
pengendapan (sedimen). Tapi juga ditemukan pada batuan metamorf yang berstruktur
foliasi.
Penulisan strike dan dip hasil
pengamatan ialah :
N
(Derajat Strike) E/ (Derajat Dip) dan dibaca North
to East (Nilai Strike) and (Nilai Dip)
Contoh: N 70o
E/30o
Strike dip pada perlapisan batuan dapat diukur dengan
menggunakan kompas Geologi. Kompas Geologi mumpuni untuk
mengukur strike dip karena memiliki klinometer
juga bulls eye. Klinometer adalah
rangkaian alat yang berguna untuk mengukur kemiringan dan Bulls
eye adalah tabung isi gelembung udara berguna untuk
memposisikan kompas geologi agar menjadi horizontal.
BAB III
METODE PRAKTEK
1.1
Waktu
dan tempat
Praktik
lapang dilaksanakan pada hari Kamis Tanggal 28 s.d 1 Mei 2016. Tempat Praktek
Geologi Laut ini adalah di Desa Bunati, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi
Kalimantan Selatan
Gambar 3.1 Lokasi
praktek lapang
1.1
Alat
dan bahan
Adapun alat-alat
yang digunakan dalam pengambilan data yaitu :
Tabel 3.1. Alat-alat yang
Digunakan Dalam Praktek Geologi
No
|
Nama
|
Fungsi
|
1.
|
Palu
Geologi
|
Membantu
mengambil sampel batuan
|
2.
|
Kantong
sampel
|
Memasuukkan
sampel batuan
|
3.
|
Alat
tulis
|
Mencatat
hasil pengamatan
|
4.
|
Kamera
|
Mendominasikan
|
5.
|
Theodolit
|
Membantu
pengukuran kontur tanah
|
6.
|
Waterpass
|
Mengukur
kemiringan suatu lokasi
|
7.
|
Rambu
ukur
|
Alat
pendukung pengambilan data menggunalan theodolite
dan waterpass
|
8.
|
Kompas Geologi
|
Mengukur Strike dan Dip
|
9.
|
GPS
|
Menandai titik koordinat
|
1.2
Prosedur kerja
1. Pengambilan data batuan
a.
Mengamati dan mendokumentasikan jenis batuan yang terdapat disepanjang
pantai lokasi praktek.
b.
Mengidentifikasi sampel batuan yang diperoleh di lapangan
c. Mengklasifikasikan berdasarkan jenis
batuannya
d. Kelandaian pantai dan pembuatan peta
2. Pengambilan data kelandaian pantai
a.
Menentukan titik lokasi yang akan di ambil datanya
b.
Melakukan pengambilan data menggunakan theodolit dan waterpass
c.
Mencatat hasil pengukuran tsb.
3. Strike dan Dip
Langkah-langkah
dalam mengukur strike dan dip adalah:
1.
Mencari arah jurus pada bidang (strike)
-
Kenali dulu arah utara pada kompas,
agar kita tidak terbalik menentukan arah.
-
Tempelkan sisi kompas yang bertanda
"E" (sisi kompas bagian timur) pada bidang yang akan kita ukur.
-
Posisikan kompas secara horizontal
dengan memanfaatkan gelembung udara pada bull eyes berada di tengah.
-
Catat derajat yang di bentuk oleh
jarum magnet yang mengarah ke utara. Itulah angka Strike. Buat
garis lurus searah strike untuk menentukan dip.
2.
Mencari kemiringan bidang (dip)
-
Pada garis lurus yang dibentuk strike,
tempelkan sisi kompas yang bertanda "W" (sisi kompas bagian barat)
secara tegak lurus.
-
Putar tuas klinometer agar gelembung
udara di dalam nya berada di tengah.
-
Catat angka yang tertera pada jarum
klinometer. Itulah angka Dip.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran umum lokasi praktek
Desa bunati merupakan desa nelayan yang memanjang dari
timur ke barat, sebelah utara berbatasan dengan Desa Karang indah, sebelah
barat berbatasan dengan Desa Angsana, sebelah selatan berbatasan dengan Laut
Jawa dan sebelah timur dengan Muara Sebamban. Sebelah timur sungai desa
merupakan perkampungan nelayan. Mayoritas penduduk Desa Bunati berasal dari
suku Bugis, , Banjar, dan Jawa.
4.2 Jenis batuan yang ditemukan di lokasi praktek
Adapun
data yang diperoleh dari praktek lapang Geologi Laut di Pantai Bunati adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.1.
Data – data Jenis batuan
No
|
Kelompok batuan
|
Jenis batuan
|
Keterangan
|
1.
|
Batuan sedimen
|
Batu bara (Paleogen)
|
Wilayah garis pantai dan
pada daerah tanjung Teraban di Pantai Bunati
|
2.
|
Batuan sedimen
|
Batu lempung
|
Wilayah garis pantai di Pantai Bunati
|
3.
|
Batu
Sedimen
|
Batu
Apung
|
Wilayah garis pantai di Pantai Bunati
|
Berdasarkan tabel di atas jenis batuan yang ditemukan di
Pantai Bunati termasuk kedalam kelompok batuan sedimen dengan jensis batu
lempung, dan batu bara (palogen). Berikut deskripsi dan pembahasan kedua batuan tersebut.
1. Batu
Bara
Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa jenis
batuan yang ditemukan di Pantai Sungai Cuka didominasi oleh kelompok batuan
sedimennon klastikdengan jenis batuan Batu Bara.
Batu
bara termasuk dalam batuan sedimen non klastik, batuan sedimen non-klastik
adalah batuan sedimen yang terbentuk dari proses kimiawi dan proses organik.
Batu bara terbentuk dari proses organik sehingga termasuk batuan sedimen organik berasal dari sisa tumbuhan
yang terubah.Serpihan daun dan batang tumbuhan yang tebal dalam suatu cekungan
(biasanya dikaitkan dengan lingkungan
daratan), apabila mengalami tekanan yang tinggi akan termampatkan, dan
akhirnya berubah menjadi bahan hidrokarbon batubara.
Klasifikasi batu bara
berdasarkan tingkat pembatubaraan biasanya dimaksudkan untuk menentukan tujuan
pemanfaatannya. Misalnya, batu bara bintuminus banyak digunakan untuk bahan
bakar pembangkit listrik, pada industri baja atau genteng serta industri semen (batu
bara termal atau steam coal). Adapun batu bara antrasit digunakan untuk
proses sintering bijih mineral, proses pembuatan elektroda listrik, pembakaran
batu gamping, dan untuk pembuatan briket tanpa asap (Raharjo 2006).
Batu bara yang tebal,
biasanya berwarna hitam mengkilat, terkadang cokelat tua. Bituminous coal
mengandung 86% karbon dari beratnya dengan kandungan abu dan sulfur yang
sedikit. Umumnya dipakai untuk PLTU, tapi dalam jumlah besar juga dipakai untuk
pemanas dan aplikasi sumber tenaga dalam industri dengan membentuknya menjadi
kokas-residu karbon berbentuk padat.
1. Batu Lempung
Batuan Lempung atau
tanah liat adalah kata umum untuk partikel mineral berkerangka dasar silikat yang
berdiameter kurang
dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang
halus. Unsur – unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah
unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses
pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian
dihasilkan dari aktivitas panas bumi.
Batu
lempung termasuk dalam batuan sedimen klastik, batuan sedimen klastik terbentuk
atas dasar jenis batuan atas dasar ukuran butirnya. Batu lempung adalah batuan
sedimen klastik yang ukuran butirnya ukuran lempung.
Lempung
membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah terkena air.
Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang mendominasinya. Mineral
lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan oksida silikon dan oksida
aluminium yang membentuk kristalnya. Golongan 1:1 memiliki lapisan satu oksida
silikon dan satu oksida aluminium, sementara golongan 2:1 memiliki dua lapis
golongan oksida silikon dan satu lapis oksida aluminium. Mineral lempung
golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang kuat, menyusut saat kering dan
membesar saat basah. Karena perilaku inilah beberapa jenis tanah dapat
membentuk kerutan-kerutan atau "pecah-pecah" bila kering.
2.
Batu
Apung
Batu
apung (pumice) adalah jenis batuan
yang berwarna terang, mengandung buih yang terbuat dari gelembung berdinding
gelas, dan biasanya disebut juga sebagai batuan gelas vulkanik silikat.
Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan
gunung api yang mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami
transportasi secara horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik.
Batu apung mempunyai sifat vesicular yang tinggi, mengandung jumlah sel yang
banyak (berstruktur selular) akibat ekspansi buih gas alam yang terkandung di
dalamnya, dan pada umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau fragmen-fragmen
dalam breksi gunungapi. Sedangkan mineral-mineral yang terdapat dalam batu apung
adalah : feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit, tridimit.
4.3 Geomorfologi pantai lokasi praktek
Bentang alam yang terbentuk di Desa
Bunati merupakan hasil proses hasil perubahan gelombang air laut.
Singkapan-singkapan batuan yang berada disepanjang pantai dikenal sebagai
muka daratan (headlands) ter-erosi, menghasilkan pasir yang kemudian diangkut di
sepanjang garis pantai dan diendapkan di wilayah pantai membentuk bentuk-bentuk
bentangalam tertentu. Daerah singkapan
batuan terdapat pada daerah barat desa Bunati yaitu tanjung Teraban.
Morfologi
pantai di daerah Desa Bunati berbentuk pantai landai (datar). Pembentukan
pantai merupakan hasil erosi gelombang air laut dan berada pada zona muka air
laut, sedangkan garis pantai mundur ke arah darat sebagai akibat erosi
gelombang laut.
Bentuk
pantai Desa Bunati berdasarkan materi penyusunnya termasuk Pantai berpasir.
Pantai tipe ini terbentuk oleh proses di laut akibat erosi gelombang,
pengendapan sedimen, dan material organik. Material penyusun terdiri atas pasir
bercampur batu yang berasal dari daratan yang terbawa aliran sungai dan berasal
dari daratan di belakang pantai tersebut. Di samping berasal dari daratan,
material penyusun pantai ini juga dapat berasal dari berbagai jenis biota laut
yang ada di daerah pantai itu sendiri.
Bentukan lahan yang
terbentuk di desa Bunati berasal bentukan lahan asal fluvial dan bentukan asal
marine. Bentuklahan asal proses fluvial
terbentuk akibat aktivitas aliran sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan
dan pengendapan (sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan deposisional yang
berupa bentangan dataran aluvial dan bentukan lain dengan struktur horisontal,
tersusun oleh material sedimen berbutir halus.
Bentukan lahan yang
berasal dari proses fluvial pada daerah Bunati yang ditemukan adalah delta.
Delta yang terbentuk dipengaruhi oleh debit air sungai dan arus laut yang yang
sama-sama kuat sehinga endapan sedimen berada di muara sungai. Tofografi delta
pada desa Bunati berbentuk datar.
Bentukan asal marine
adalah bentuk lahan yang terbentuk dari proses laut oleh tenaga gelombang, arus
dan pasang surut. Bentukan lahan marine yang terdapat di lokasi praktek yaitu
gisik (beach) dan lidah pasir (sand spit). Gisik yang terbentuk pada lokasi praktik disebabkan
oleh arus dan gelombang.
Arus di desa Bunati merupakan arus sepanjang
pantai. Angkutan sedimen pada desa Bunati dipengaruhi oleh arus dan gelombang
pecah. Transport sedimen bergerak sejajar garis pantai dan mengendap pada
daerah pecahnya gelombang (surf zone).
Material gisik pada pantai bunati berupa pasir halus.
Lidah pasir yang terbentuk
di lokasi praktik disebabkan oleh gelombang yang datang sejajar membentuk sudut sehingga
arus sejajar pantai mengarah ke muara sungai. Debit sungai lebih kecil dari
arus sejajar pantai lebih besar sehingga sedimen tertumpuk pada daerah muara sungai yang menjorok kearah
laut. Pada bagian ujung lidah pasir suplai sedimen lebih sedikit, yang berada
di dekat sungai lebih banyak. Sebagaimana terlihat pada gambar 4.6.
4.4 Struktur geologi
Dominan
formasi batuan di Desa Bunati adalah Alluvium (Qa) (yakni terdiri dari kerikil, pasir,
lanau, lempung dan lumpur). Pada daerah yang jauh dari pantai tersusun dari
formasi geologi lainnya seperti Formasi Dahor (TQd).
Singkapan sedimen perselingan tipis, lapisan sejajar,
antara batupasir halus dan lempung, struktur sedimen silang siur pada batupasir
halus menunjukkan lingkungan pengendapan dataran banjir. Endapan batubara yang
sangat rapuh dari jenis lignit dan banyak dijumpai polen mangrove rhizophora,
mengindikasikan lingkungan rawa. Jadi Formasi Dahor dapat dikatagorikan
sebagai endapan alufial dan rawa.
Formasi Dahor terbentuk dengan diawali gerakan tektonik
yang menyebabkan batuan tua Pra-Tersier dan Tersier terangkat membentuk
pegunungan Meratus. Sejalan dengan pelipatan dan pensesaran batuan tua tersebut
kemudian diikuti pengendapan batuan Formasi Dahor. Formasi Dahor diperkiran
berumur Plio-Plistosen diendapkan dalam lingkungan paralis. Singkapan batubara
terletak 300m selatan jalan Pelaihari – Batulicin (kecamatan Kintap) terdiri
atas perselingan batubara dengan lempung. Batubara berwarna hitam, hitam
kecoklatan, sedang-lunak, mudah pecah, getas, tebal lapisan, 0,1m - 14m.
4.5 Kelandaian pantai
Bentuk profil kedalaman (batimetri) di wilayah Tanah
Bumbu terdiri dari dua bentuk yakni di bagian barat (perairan Selat Laut) dan
bagian selatan yang berhadapan dengan Laut Jawa. Pada perairan Selat Laut, menunjukkan di daerah
pesisir Kabupaten Tanah Bumbu lebih curam terutama dari Pulau Suwangi sampai ke
muara Selat Laut, jika dibandingkan dengan kedalaman di pesisir Pulau Laut
(Kabupaten Kotabaru), akan tetapi di perairan ini banyak terbentuk delta
sebagai akibat sedimentasi. Kedalaman di perairan Selat Laut maksimal 11 m.
Profil kedalaman di bagian selatan lebih beragam, dimana
pada kedalaman 5 m berkisar pada jarak 1
– 5 km dan kedalaman 10 m pada jarak 6 – 16 km. Pengaruh gelombang sangat
berpengaruh di daerah ini terutama pada musim timur (angin dominan dari arah
tenggara).
Berdasarkan hasil analisis kedalaman
pantai Bunati yang berhadapan dengan laut jawa, desa Bunati memiliki bentuk
pantai yang landai (datar). Nilai kedalaman minimum berkisar < 1,5 m (nilai
0 di anggap sebagai daratan).kedalaman maksimal mencapai 7,5 m. Kedalaman di
perairan Bunati dipengaruhi oleh hidrooseanografi baik dari darat melalui
aliran sungai maupun dari laut. Akibat proses ini, sehingga profil kedalaman di
perairan ini tidak beraturan, di mana
banyak terdapat sand dune (gumuk pasir) yang tidak beraturan sebagai
akibat pengaruh gelombang dan arus pasut baik dari sungai maupun laut.
Bentuk relief desa Bunati menunjukkan bahwa adanya
sedimentasi di daerah muara sungai sehingga daerah tersebut lebih dangkal.
Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu
melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut.
Berdasarkan bentuk
relief dasar perairan Bunati menunjukkan bahwa adanya sedimentasi di daerah
muara sungai sehingga daerah tersebut lebih dangkal. Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu
lingkungan perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam
lingkungan tersebut.
4.6 Strike dan Dip
di lokasi praktek
Adapun
hasil pengamatan strike dan dip
yang diperoleh dari praktek lapang Geologi Laut di Pantai Bunati adalah arahnya
255o dan N 83o E/3o, pengambilan data pukul 15:30, diukur dengan menggunakan
kompas geologi,
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
·
Jenis-jenis batuan yang terdapat di sepanjang garis pantai
Bunati termasuk dalam jenis batuan sedimen yang terdiri dari batu bara dan batu
lempung.
·
Struktur singkapan batuan yang terdapat di pantai Bunati
adalah formasi dahor dan formasi alluvium.
·
Bentukan lahan di pantai bunati berasal dari bentukan lahan
asal marine dan bentukan lahan asal fluvial.
·
Berdasarkan bentuk relief dasar perairan Bunati menunjukkan
bahwa adanya sedimentasi di daerah muara sungai sehingga daerah tersebut lebih
dangkal.
·
pengamatan strike dan dip yang diperoleh dari praktek
lapang Geologi Laut di Pantai Bunati adalah arahnya 255o dan N 83o E/3o,
pengambilan data pukul 15:30.
5.2 Saran
Sebaiknya ke depannya pelaksanaan praktek
dapat terkoordinasi dengan lebih baik, sehingga para praktikan tidak
kebingungan saat pelaksanaan di lapangan.
Selain itu yang paling utama para praktikan dapat benar-benar memahami
tujuan dari pelaksanaan praktek selain harus memahami cara-cara pengambilan
data dan penggunaan alat.
DAFTAR PUSTAKA
Herlambang, Sudarno. 2004. Dasar-dasar
Gomorfologi. Fakultas
Matematika dan llmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Malang. Malang.
Nurdin, Ade Akhyar. 2009. Tugas Mata Kuliah Mikropaleontologi
Dasar-Dasar Mikropaleontologi (Batuan, Stratigrafi, Sedimentologi).
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman. Purbalingga.
Nurlina. 2016. Materi Kuliah Geologi laut.
Program Studi Ilmu Kelautan, Univeritas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Modul praktek lapang Geologi
Laut 2016 Program
Studi Ilmu Kelautan, Univeritas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Noor, Djauhari, 2010. Pengantar Geologi. Bogor.
Raharjo, 2006 . Klasifikasi Batu Bara.
http://www.chem-is-try.org. (diakses pada tanggal 25 Mei 2011).
Siswati.
Utomo, Radityo. 2012. Tugas Mata Kuliah.
Geomorfologi Umum. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Malang. Malang.





Tidak ada komentar:
Posting Komentar