Senin, 27 Juni 2016

Geologi Laut di Desa Bunati Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan Negara Indonesia

I. PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Geologi merupakan suatu cabang ilmu mengenai pembentukan muka bumi dilihat dari unsur pembentukannya. Pembentukan permukaan bumi secara umum dihasilkan oleh proses pengangkatan dan penimbunan dan proses ini terlihat dari bentukan lahan yang Nampak di permukaan bumi.Praktikum geologi kali ini lebih ditekankan pada pengenalan batuan sebagai bagian dari proses pembentukan muka bumi.selain itu, morfologi dari daerah praktikum seperti bentuk pantai dan daerah sekitarnya merupakan proses alam yang terjadi baik secara eksternal maupun internal dilihat dari agen pembentukannya.
Seorang ahli geologi mempunyai tugas disamping melakukan  penelitian-penelitian untuk mengungkapkan misteri yang masih menyelimuti  proses-proses yang berhubungan dengan bahan-bahan yang membentuk bumi, gerak-gerak dan perubahan yang terjadi seperti gempa-bumi dan meletusnya gunung api, juga mencari dan mencoba menemukan bahan-bahan yang kita butuhkan yang diambil dari dalam bumi seperti bahan tambang dan minyak dan gas bumi. Semakin berkembangnya penghuni  bumi, dimana sebelumnya pemilihan wilayah pemukiman bukan merupakan masalah, sekarang ini pengembangan  wilayah harus memperhatikan dukungan terhadap lingkungan yang ditentukan oleh faktor-faktor geologi agar pembangunannya tidak merusak keseimbangan alam. Karena itu tugas seorang ahli geologi disamping apa yang diuraikan diatas, juga mempelajari sifat-sifat  bencana alam, seperti banjir, longsor, gempa-bumi dan lain-lain; meramalkan dan bagaimana cara menghindarinya.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi perkembangan roman permukaan pantaibumi di daerah pantai adalah seperti, gelombang, arus, dan pasang yang berlaku sebai faktor pengikis,pengangkut dan pengendap.Sifat bagian daratan yang mendapat pengaruh prosese-proses marin.jadi apakah berupa dataran rendah ,curam, landai, dan bagai mana sifat batuannya.Permukaan air laut ketinggiannya senantiasa berubah-ubah, hal ini mungkin berlaku lokal atau bisa  berlaku pula untuk seluruh pantai  di muka bumi.bersifa lokal dapat terjadi sebagai akibat  dari  pengaruh pengangkatan atau penurunan daratan  yang hanya meliputi  daerah yang sempait,sedangkan perubahan muka air laut  yang berlaku bagi seluruh  permukaan bumi  dapat di sebab kan oleh adanya dua hal yaitu, pembekuan /pencairan es secara besar-besaran di daerah kutub. Karena daya tampung laut  yang berubah misalnya,karena terjadi penurunan atu pengangkatan dasar laut yng luas.sehingga permukaan air laut berubah secara keseluruhan.
Faktor alami yang lain,seperti tumbuhnya bunatang karang didaerah pantai,vulkanisme,dan lain-lain.Pengarauh manusia , misalnya pembuatan pelabuhan, reklamasi pantai ,pengeringan rawa pantai, pembutan jeti di pantai ,dan sebaginya yang kesemunya dapat mempengaruhi perkembangan pantai.Faktor yang banyak di bahas dalam hal ini adalah faktor gerakan air laut, yaitu yang meliputi gelombang (wave), arus (current), dan pasang surut (tide), krna faktor ini merupakan paktor yang paling berperan dalam perkembangan pantai.
Desa Bunati di Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan memiliki tanah singkapannya terdiri dari jenis batuan dan gugusan formasi batubara yang terlihat menjorok kepermukaan. Kondisi pantai Bunati terdiri dari hamparan pasir, muara sungai, tanjung yang terdapat singkapan batuan serta aktivitas Terminal khusus perairan pantai Bunati merupakan arus pelayaran kapal pengangkut batubara (atau yang disebut dengan Tongkang) yang tidak menutup kemungkinan dapat mempengaruhi jenis batuan yang terdapat di wilayah pantai Bunati menjadi terjadi.
Bentukan lahan di desa Bunati diperkirakan berasal dari proses marine dan fluvial. Agar dapat mengetahui proses yang terjadi di desa Bunati dan mengembangkan mata kuliah Geologi Laut maka mahasiswa Ilmu Kelautan melakukan praktek lapang di wilayah tersebut.   
1.2 Tujuan dan kegunaan
Adapun tujuan dan kegunaan praktek lapang yang dilaksanakan di Pantai Bunati Kecamatan Angsana :
·      Dapat mengenal jenis-jenis batuan yang terdapat di sepanjang garis pantai Bunati.
·      Mengetahui struktur batuan yang tersingkap di sepanjang garis pantai Bunati.
·      Mengetahui proses geomorfologi di Desa Bunati.
Adapun kegunaan dari praktek lapang ini adalah :
·      Mahasiswa dapat memahami langsung bagaimana mengaplikasikan materi yang didapat selama perkuliahan secara langsung di lapangan.
·       Menambah wawasan dan pengetahuan dalam mengidentifikasi menginterpretasi jenis batuan dan bentukan lahan.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup praktek lapang di perairan Pantai Bunati adalah sebagai berikut :
1.3.1   Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup praktek lapang kali ini adalah mencakup lokasi perairan pesisir dan laut Desa Bunati Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu dimana di sekitar tempat tersebut merupakan wilayah Pelabuhan khusus.
1.3.1. Ruang Lingkup Materi
Praktik lapang ini menitik beratkan pada materi pengenalan jenis batuan, pengamatan struktur batuan tersingkap dan geomorfologi pantai di lokasi praktik.


II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Geologi
Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari segala sesuatu mengenai planit Bumi beserta isinya yang pernah ada. Merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik didalam maupun diatas permukaan  bumi, kedudukannya di Alam Semesta serta sejarah perkembangannya sejak  bumi ini lahir di  alam semesta hingga sekarang.  Geologi dapat digolongkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang komplek, mempunyai pembahasan materi yang beraneka ragam namun juga merupakan suatu bidang  ilmu  pengetahuan yang menarik untuk dipelajari. Ilmu ini mempelajari dari benda-benda sekecil atom hingga ukuran benua, samudra, cekungan  dan rangkaian pegunungan (Noor, 2010).
Geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang masa sekarang atau masa yang lampau dari bentuk-bentuk morfologi, struktur bumi, lingkuungan dan kehidupan fosil yang terdapat pada batuan. Bidang utama yang dipelajari adalah semua jenis batuan, tanah dan air dalam tanah batuan yang bermanfaat untuk pencarian bahan-bahan tambang minyak dan gas, endapan mineral maupun dapat sebagai konsultan bidang geologi teknik. Ahli geologi dapat mengungkapkan fenomena alam tentang bencana gempa bumi dan tsunami, gunung meletus, banjir, gerakan tanah dan lain-lain. (Sukartono, 2010).
Menurut Hadiwidoyo (1976) bahwa ilmu geologi adalah pengetahuan alam yang mempelajari litosfer (Lithos : batu, phere : lapisan) dan gejala-gejalanya, semula ilmu geologi ditempatan sebagai ilmu murni bagian dari ilmu pengetahuan alam yang bersifat deskriptif klasik yaitu pengetahuan yang mempelajari atau menyelidiki lapisan-lapisan batuan yang ada dalam kerak bumi dan menuliskan sejarah perkembangannya. Menjelang akhir abad ke-20 bidang geologi mengalami perkembangan yang pesat, geologi dari ilmu murni lambat laun berubah menjadi salah satu disiplin yang digunakan manusia masa kini secara intensif dalam upaya mengubah lingkungan alam demi untuk kehidupannya yang layak.
2.2 Manfaat mempelajari Geologi Laut
Cakupan dari ilmu geologi sangat luas seperti yang tersebut dalam definisinya, yaitu mempelajari bumi seutuhnya. Sehingga untuk memudahkan dalam mempelajari bumi, maka ilmu geologi dapat dipecah menjadi beberapa cabang ilmu geologi semakin bertambah seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Dari apa yang telah diuraikan diatas, dapat diketahui beberapa kepentingan dalam mempelajari ilmu geologi. Di bawah ini beberapa kepentingan tersebut :
·      Ilmu geologi dapat membantu untuk mengetahui dan memahami awal terjadi dan struktur dari bumi sebagai planet khususnya daratan dan lautan yang menyusun kerak bumi.
·      Ilmu geologi dapat membantu menjelaskan karakteritik dan babbling alam yang sangat bervariasi dan bagaimana bentang dan yang sangat berbeda ini dapat terbentuk dan dimanfaatkan oleh manusia.
·      Pengetahuan geologi sangat membantu untuk mengetahui dimana mineral dan batuan berharga dapat dijumpai.
·      Keberadaan material bangunan sangat tergantung pada kondisi geologi suatu daerah. Pengetahuan geologi sangat membantu para ahli bangunan untuk mendapatkan material bahan bangunan.
·      Ilmu geologi sangat penting dalam hubungannya dengan sumber daya air, karena keberadaan air sangat tergantung juga pada jenis atau macam batuannya.
·      Pengetahuan geologi sangat membantu untuk memprediksikan atau meramalkan kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana alam seperti longsoran, aktivitas gunung api dan sebagainya (Anonim, 2009).
2.3 Struktur Geologi dan Geomorfologi Pantai
Struktur Geologi merupakan studi mengenal unsur – unsur struktur geologi, yaitu studi tentang perlipatan, rekahan, sesar, dan sebagainya, yang terdapat didalam suatu satua tektonik. Tektonik sendiri dianggap suatu studi yang mencakup masalah bentuk, pola evolusi dari satuan tektonik dalam ukuran yang lebih besar seperti : cekungan sedimentasi, rangkaian pegunungan, paparan dan sebagainya. Geologi struktur dalam hal ini sudah pasti erat hubungannya dengan studi tentang struktur sekunder, yaitu suatu struktur yang terbentuk setelah terjadi pengendapan batuan. Macam – macam struktur sekunder :
a) Kekar (joint) : yaitu rekahan – rekahan dalam batuan yang terjadi karena tekanan atau tarikan yang disebabkan oleh gaya yang bekerja dalam kerak bumi.
Gambar 2.1. Macam-macam Kekar
b) Sesar (fault) : adalah rekahan – rekahan dalam kulit bumi, yang telah mengalami pergeseran.
Gambar 2.2. Macam-macam Sesar
c)  Lipatan (fold) : yaitu penekukan pada batuan, baik dalam batuan sedimen atau metamorf.
Gambar 2.3. Sketsa Sistem Pelipatan
d) Bidang Pelapisan (unconformity) : yaitu suatu bidang erosi yang memisahkan antara batuan yang lebih muda dari yang lebih tua.

Gambar 2.4. Sketsa Sistem Pelipatan

Pada dasarnya geomorfologi mempelajari bentuk bentang alam atau bentuk lahan. Perkembangan teknologi penginderaan jauh baik pesawat maupun dari satelit yang menghasilkan citra atau foto udara, dapat mempermudah untuk melihat dan menginterpretasikan kenampakan geomorfologi (Noor, 2011).

Worcester (1939) mendefinisikan geomorfologi sebagai diskripsi dan tafsiran dari bentuk roman muka bumi.  Definisi Worcester ini lebih luas dari sekedar ilmu pengetahuan tentang bentangalam (the science of landforms), sebab termasuk pembahasan tentang kejadian bumi secara umum, seperti pembentukan cekungan lautan (ocean basin) dan paparan benua (continental platform), serta bentuk-bentuk struktur yang lebih kecil dari yang disebut diatas, seperti plain, plateau, mountain dan sebagainya.

Sehubungan dengan stadia geomorfologi yang dikenal juga sebagai Siklus Geomorfik (Geomorphic cycle) yang pada mulanya diajukan Davis dengan istilah Geomorphic cycle. Siklus dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang mempunyai gejala yang berlangsung secara terus menerus (kontinyu), dimana gejala yang pertama sama dengan gejala yang terakhir. Siklus geomorfologi dapat diartikan sebagai rangkaian gejala geomorfologi yang sifatnya menerus. Misalnya, suatu bentangalam dikatakan telah mengalami satu siklus geomorfologi apabila telah melalui tahapan perkembangan mulai tahap muda, dewasa dan tua.
Stadium tua dapat kembali menjadi muda apabila terjadi peremajaan (rejuvenation) atas suatu bentangalam. Dengan kembali ke stadia muda, maka berarti bahwa siklus geomorfologi yang kedua mulai berlangsung. Untuk ini dipakai formula n + 1 cycle, dimana n adalah jumlah siklus yang mendahului dari satu siklus yang terakhir. Istilah lain yang sering dipakai untuk hal yang sama dengan siklus geomorfologi adalah  siklus erosi (cycle of erosion). Dengan adanya kemungkinan terjadi beberapa siklus geomorfologi, maka dikenal pula istilah : the first cycle of erosion, the second cycle of erosion, the third cycle of erosion, etc. Misalnya suatu plateau yang mencapai tinmaturely dissected plateau in the second cycle of erosion.
Wilayah pantai merupakan daerah yang sangat dinamis karena wilayah tersebut merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut.  Oleh karena itu, morfologi dan bentang alam wilayah pantai yang terbentuk merupakan hasil dari
hempasan gelombang air laut dan aktivitas manusia.  Geomorfologi pantai dapat berupa dataran aluvial, bangunan pantai, estuari, lagoon, delta, hutan mangrove dan bangunan pantai (Noor, 2010).
Geomorfologi yang merupakan salah satu parameter dari kerentanan pantai terhadap kenaikan muka laut berpengaruh terhadap tingkat erosi relatif pada suatu bagian pantai.  Menurut Gornitz (1991) pantai yang sangat rentan terhadap kenaikan muka laut adalah pantai dengan geomorfologi berupa penghalang pantai, pantai berpasir, pantai berlumpur (mudflats), dan delta.  Sedangkan pantai dengan bentuk geomorfologi berupa tebing tinggi dan fjords sangat tidak rentan terhadap kenaikan muka laut.
2.4. Kelerengan Pantai
Kelerengan pantai adalah  tingkat kecuraman atau nilai kelandaian suatu daerah pantai yang diukur dari batas zonasi tubuhan hingga batas air laut (Anonim, 2012).
Pengukuran kelerengan pantai dilakukan pada saat surut yaitu pada pagi hari dan pada saat pasang pada sore hari karena pantai pada saat surut akan tambah luas dan pada saat pasang luas pantai akan berkurang.
Pengukuran kemiringan pantai dilakukan dengan menggunakan water pass dan kompas geologi. Pengambilan data dengan water pass ditambah dengan peralatan lain seperti meteran, dan juga satu buah kayu range sepanjang 2 meter. Langkah pertama, kayu range yang berukuran 2 m diletakkan secara horizontal di atas pasir dan dilekatkan tepat pada batas pantai teratas. Kemudian waterpass diletakkan di atas kayu range berukuran 2 m, lalu kayu tersebut dipastikan horizontal sampai air pada alat water pass tepat berada di tengah. Setelah dipastikan horizontal, hitung ketinggian kayu range tersebut dengan meteran.  Sehingga dapat diketahui kemiringan pantai tersebut dengan cara menghitung sudut yang dibentuk antara garis horizontal dan vertikal yang didapatkan. Pengukuran ini dilakukan dari batas pantai teratas sampai pantai yang tepat menyentuh air.
Untuk penggunaan kompas geologi dalam penentuan kemiringan pantai lebih sederhana lagi, cukup dengan meletakkan kompas di pantai, kemudian putar alat pengaturannya sampai air pada kompas sebagai penanda horizontal tepat berada di tengah. Nilai kemiringan pantai dapat diperoleh langsung dengan melihat nilai yang tertera pada kompas geologi tersebut(Anonim, 2011).
2.5. Jenis- Jenis Batuan
Berdasarkan kejadiannya atau cara terbentuknya atau genesanya menjadi 3 kelompok utama:
1.    Batuan beku, batuan yang terbentuk dari pembekuan magma
2.    Batuan sedimen, batuan yang terbentuk dari hasil rombakkan batuan yang telah ada sebelumnya
3.    Batuan metamorf, batuan yang terbentuk akibat adanya pengaruh tekanan, panas atau keduanya yang sangat tinggi (Nurdin 2009).
Batuan umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan kimia, dengan tekstur partikel unsur dan oleh proses yang mereka. Ciri – ciri ini mengklasifikasikan batuan menjadi beku, sedimen, dan metamorf. Mereka lebih diklasifikasikan berdasarkan ukuran partikel yang membentuk mereka. Transformasi dari satu jenis batuan yang lain digambarkan oleh model geologi (Pettijohn 1987).
Pengkelasan ini dibuat dengan berdasarkan:
1.    Kandungan mineral yaitu jenis-jenis mineral yang terdapat di dalam batu ini.
2.    Tekstur batu, yaitu ukuran dan bentuk hablur-hablur mineral di dalam batu
3.    Struktur batu, yaitu susunan hablur mineral di dalam batu.
4.    Proses pembentukan (Anonim 2011).
2.5.1.      Batuan Beku
Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari hasil pendinginan dan kristalisasi magma di dalam maupun di permukaan bumi. Secara umum, mineral-mineral penyusun batuan beku dapat digambarkan oleh bowen reaction series (Nurdin 2009).
Berdasarkan tempat terbentuknya, batuan beku dapat dibagi menjadi 2, yaitu batuan plutonis dan batuan vulkanis :
a.    Batuan beku plutonis
Batuan beku plutonis adalah batuan yang proses terbentuknya jauh di dalam bumi (15 – 50 km). Batuan ini terbentuk dari pendinginan yang berjalan sangat lambat. Oleh karena itu, batuan ini mempunyai kristal yang sempurna (holokristalin).
Ciri-ciri batuan plutonis:
-       Pada umumnya berbutir kasar
-       Jarang memperlihatkan struktur vesikuler (lubang gas)
b. Batuan beku vulkanis
Merupakan batuan yang terbentuk di permukaan bumi. Ciri-ciri batuan vulkanis:
-       Berbutir halus dan sering terdapat kaca
-       Memperlihatkan struktur vesikuler (Nurdin 2009).

2.5.1.      Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil pengendapan (sedimentasi), hasil erosi atau batuan yang terjadi dari akumulasi mineral dari hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktifitas kimia maupun organisme yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumiyang kemudian mengalami pembatuan (litifikasi) dan diagenesa (Nurdin 2009).
Proses pembentukan sedimen menjadi batuan sedimen disebut diagenesis. Adapun proses-proses yang terjadi dalam diaganesis, antara lain:
a.    Kompaksi, yaitu pembentukan akibat beban akumulasi sedimen atau material lain yang menyebabkan hubungan antar butir lebih lekat, air dalam pori-pori antar butir keluar menjadi kompak atau padat, volumenya berubah, dan porositasnya menjadi berkurang.

b.    Sementasi, yaitu proses keluarnya air pori-pori yang mengendapkan material terlarut (CaCO3, SiO2, Fe2O3, oxida atau mineral lempung) menyemen butiran-butiran sedimen mengakibatkan porositas sedimen menjadi lebih kecil dari material semula.
a.    Rekristalisasi, dimana mineral-mineral kurang stabil (aragonit) saat sedimen terakumulasi mengkristal kembali menjadi stabil (kalsit).
b.    Pelarutan, terjadi karena ada tekanan yang berasal dari sedimen yang adadi atasnya sehingga menimbulkan panas dan akhirnya terjadi pelarutan.
c.    Autijenesis, pembentukan mineral baru.
d.    Penggantian (replacement).
e.    Bioturbasi, yaitu penghancuran lapisan sedimen, bisa menjadi lempung dan mempunyai porositas yang tinggi.
Batuan sedimen dibagi menjadi 2 (dua) jenis berdasarkan cara terbentuknya batuan tersebut, yaitu :
a.    Batuan sedimen klastik, yaitu batuan sedimen yang terbentuk dengan proses mekanis (disintegrasi menjadi fragmen yang lebih kecil); pelapukan; kimiawi; erosi; transportasi oleh air,angin, dan es; sedimentasi (pengendapan), dan diagenesis.
b.    Batuan sedimen non-klastik, yaitu batuan sedimen yang terbentuk karena adanya ubahan tidak secara mekanis bisa karena terjadi perubahank imiawinya atau karena pengaruh makhluk hidup (Nurdin 2009).
Pengelompokkan yang sederhana dalam batuan sedimen adalah dua kelompok besar, yaitu:
a.    Batuan Sedimen Klastik
Terdiri dari material-material pecahan atau hancuran batuan atau mineral yang sudah ada sebelumnya. (fragmen-pecahan besar dan matriks-pecahan kecil). Terbentuk sebagai akibat kompaksi dari material batuan beku, batuan sedimen lain, dan batuan malihan, dengan ukuran butir beragam. Karena pembentukan tersebut diakibatkan oleh angin, air, atau es, maka disebut juga batuan sedimen mekanik (mechanical sediment). Contoh : breksi, rudaceous, arkose, greywacky, batupasir, batulempung, batu serpih, argillaceous, arenaseous, konglomerat, tilit (tillite, konglomerat/breksi yang terendapkan oleh es), batu lanau dan sebagainya (Nurdin 2009).
b.    Batuan Sedimen Non Klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari hasil kegiatan organisme. Reaksi yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau  reaksi organik (penggaraman unsur – unsur laut, pertumbuhan kristal dari agregat kristal yang terpresipitasi dan replacement).Ciri khas tekstur nonklastikadanya kristal-kristal yang saling menjari, tidak ada ruang berpori-pori antarbutir, dan umumnya mono mineralik. Kristal-kristal dalam batuan sedimen non klastik dapat berbentuk serabut, lembaran atau butiran (Nurdin 2009).
a.    Batuan Sedimen Kimiawi
Sedimen kimiawi adalah sedimen yang pembentukannya dari pengendapan mineral yang terlarut dalam air.
-       Batuan Sedimen Evaporit
Batuan yang mineral penyusunnya yang bersifat mono mineral, yangdikenal sebagai mineral garam. Batuan evaporit biasanya terdapat dalam keadaan murni dan berlapis-lapis. Contohnya batuan evaporit yang utama:batuan gip, batuan anhidrit dan batu garam (halit).
-       Batuan Sedimen Silika
Batuan yang termasuk ke dalam golongan ini adalah batuan yang bersifat mono mineral, dan banyak serta langka terdapat sebagai batuan, seperti rijang (chert)
-       Batuan Sedimen Organik
Batuan sedimen organik berasal dari akumulasi flora dan fauna yang telah mati, misalnya :
1)   Batu gamping, cangkang, terumbu
2)   Radiolaria (dari radiolarian laut dalam)
3)   Diatomea (dari tumbuhan)
4)   Batu bara (dari mangrove)
5)   Hidrokarbon dan gas (dari foraminifera)
-       Batuan Karbonat
Batuan karbonat adalah batuan yang terdiri dari material karbonat yangt erdiri dari butiran dan matrik sebanyak 75% tanpa semen. Contohnya adalah limestone dan dolostone. Tekstur dari batuan ini tidak sama dengan batuan lainnya (mono mineral) (Nurdin 2009).
Terdapat tiga jenis proses pengubahan yang menyebabkan sedimenkarbonat berubah menjadi batuan karbonat. Ketiga proses ini adalah :

1)   Litifikasi sedimen karbonat

2)   Pengkristalan kalsium karbonat yang semula dalam keadaan membatu

3)   Penggantian materi-materi lain oleh kalsium karbonat
Komponen utama batuan karbonat terdiri dari 6 komponen, yaitu:
1)   Butiran (the allochemical component)
-        non skeletal : ooids (<2mm), pisoids, coated grains (inti : fosil), intraclasts, extraclasts
-        skeletal components : fosil
2)   Lumpur karbonat
-        matriks diantara butiran; material alogenik (lumpur karbonat) maupunautigenik (mikrokristalin)
-        mikrit (mikrokristalin ukuran < 5 µm); mikrospar (5-15 µm)
3)   Komponen Terigen : non karbonat (kuarsa, felspar, dll)
4)   Semen Kalsit Spar : mengisi antara butiran / rongga; lebih kasar dari mikrit
5)   Mineral Autigenik : dolomit, kuarsa, glaukonit
6)   Rongga : semua celah/tempat yang dapat diisi oleh air, hidrokarbon,maupun udara.

2.5.1.      Batuan Metamorf
Batuan metamorf merupakan batuan yang telah mengalami perubahan akibattekanan dan atau suhu yang tinggi (T>2000°C dan P>300Mpa) yang terjadi secara isokimia yang menghasilkan batuan dengan mineralogi yang berbeda. Proses pembentukkan batuan metamorf disebut metamorfisme  Metamorfisme sendiri dapat dibagi menjadi 4, diantaranya:
-       Metamorfisme kataklastik (jarang terjadi), deformasi mekanik pada metamofisme thd. batuan regas menghasilkan hancuran tidak terjadi rekstalisasi bila berlanjut fragmen menjadi lonjong biasanya terjadi akibat sesar yang akan menghasilkan breksiasi atau milonitisasi.
-       Metamorfisme Kontak, akibat kenaikan suhu (intrusi magma), terjadi rekristalisasi kimia disekitar intrusi, metamorfisme aureol
-       Metamorfisme beban (burial), akibat tertimbun sangat dalam, suhu 3000°C,kelompok mineral zeolit.
-       Metamorfisme regional, pada kerak benua, sangat luas yang merupakan rangkaian seri fasies dynamo-termal.
Klasifikasi yang paling sering digunakan adalah berdasarkan keadaan foliasi yang berkembang, dengan komposisi mineral berperan sebagai tambahan. Berdasarkan foliasi, batuan metamorf dibedakan menjadi tiga, yaitu batuan yang:
a.    Berfoliasi sangat kuat, yaitu yang mudah pecah melalui bidang foliasi,biasanya karena melimpahnya Mika yang terorientasi. Batuannya adalah:
1)   Slate (batu sabak). Bersifat afanitik, mempunyai kilap suram padabidang foliasi. Berkomposisi utama mineral lempung. Batu sabak tampak merah bila mengandung banyak kematite, hijau bila klorit,dan umumnya abu-abu sampai hitam bila banyak grafit.
2)   Phyllite (Fillit). Bersifat afanitik, berbutir lebih kasar daripada batusabak dan bidang foliasinya mengkilat karena Mika atau Klorityang sudah lebih banyak daripada batusabak. Batuan ini merupakanperalihan dari batusabak ke batusekis.
3)   Schist (Skis). Bersifat fanerik, banyak mengandung mineral pipih yang terorientasi seperti: Mika, Klorit, Talk, Grafit.
b.    Berfoliasi lemah, yaitu yang berfoliasi tetapi tidak mudah/tidak dapat pecah melalui bidang foliasi. Orientasi mineral-mineral pipih berselingan dengan mineral-mineral yang tidak pipih yang berbutir sama besar.Butirannya antara lain: Gneiss (Gneis), bersifat fanerik, berbutir sedang sampai kasar. Komposisi yang utama: Kuarsa, Feldspar, Mika, dan kadang-kadang Hornblende.
c.    Berfoliasi sangat lemah sampai nonf oliasi: batuan didominasi olehmineral-mineral berbentuk kubus, mineral – mineral pipih bila ada orientasinya acak. Batuan ada yang granular atau berlineasi. Batuannya antara lain:
1)   Quartzite (Kuarsit). Komposisinya yang sangat utama adalah Kuarsa,bila pecah tak rata dan tidak mengelilingi butiran, non foliasi.
2)   Marble (Marmer). Berkomposisi utama Kalsit, warna abu-abu (biasanya) karena Grafit (bereaksi positif dengan HCl).
3)   Hornfels. Bersifat afanitik sampai fanerik halus, berkomposisi Kuarsa, Feldspar, Mika (diketahui dari pengamatan lapangan).
4)   Granofels. Bersifat fanerik kasar, nonfoliasi, berkomposisi Kuarsa dan Feldspar (yang berbentuk kubus).
5)   Granulite. Bersifat fanerik kasar, nonfoliasi, berkomposisi Piroksindan Garnet di samping Kuarsa dan Feldspar.
Serpentinite. Nonfoliasi sampai lineasi, berwarna hijau, hijau sampai kuning pucat. Komposisi utamanya Serpentin (Nurdin 2009)
2.6 Strike dan Dip
Dalam penelitian lapisan dan struktur geologi kita harus mengetahui kedudukan batuan di permukaan bumi dengan mengukur arah penyebarannya dan juga kemiringan batuan.
Dalam ilmu Geologi, kedua elemen tersebut dinamakan Strike dan Dip. Apa itu Strike Dip? Strike atau Jurus adalah arah garis yang dibentuk dari perpotongan bidang planar dengan bidang horizontal ditinjau dari arah utara, sedangkan Dip adalah derajat yang dibentuk antara bidang planar dan bidang horizontal yang arahnya tegak lurus dari Strike Dip pada batuan umumnya muncul pada batuan hasil pengendapan (sedimen). Tapi juga ditemukan pada batuan metamorf yang berstruktur foliasi.

Penulisan strike dan dip hasil pengamatan ialah :
N (Derajat Strike) E/ (Derajat Dip) dan dibaca North to East (Nilai Strike) and (Nilai Dip)
Contoh: N 70o E/30o
Strike dip pada perlapisan batuan dapat diukur dengan menggunakan kompas Geologi. Kompas Geologi mumpuni untuk mengukur strike dip karena memiliki klinometer juga bulls eyeKlinometer adalah rangkaian alat yang berguna untuk mengukur kemiringan dan Bulls eye adalah tabung isi gelembung udara berguna untuk memposisikan kompas geologi agar menjadi horizontal.

BAB III

METODE PRAKTEK



1.1              Waktu dan tempat
Praktik lapang dilaksanakan pada hari Kamis Tanggal 28 s.d 1 Mei 2016. Tempat Praktek Geologi Laut ini adalah di Desa Bunati, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan

Gambar 3.1 Lokasi praktek lapang

1.1              Alat dan bahan

Adapun alat-alat  yang digunakan dalam pengambilan data yaitu :
Tabel 3.1. Alat-alat yang Digunakan Dalam Praktek Geologi
No
Nama
Fungsi
1.
Palu Geologi
Membantu mengambil sampel batuan
2. 
Kantong sampel
Memasuukkan sampel batuan
3.
Alat tulis
Mencatat hasil pengamatan
4.
Kamera
Mendominasikan 
5.
Theodolit
Membantu pengukuran kontur tanah
6.
Waterpass
Mengukur kemiringan suatu lokasi
7.
Rambu ukur
Alat pendukung pengambilan data menggunalan theodolite dan waterpass
8.
Kompas Geologi
Mengukur Strike dan Dip
9.
GPS
Menandai titik koordinat

1.2              Prosedur kerja
1.  Pengambilan data batuan
a.  Mengamati dan mendokumentasikan jenis batuan yang terdapat disepanjang pantai     lokasi praktek. 
b.  Mengidentifikasi sampel batuan yang diperoleh di lapangan
c.  Mengklasifikasikan berdasarkan jenis batuannya
d.  Kelandaian pantai dan pembuatan peta
2.   Pengambilan data kelandaian pantai
       a.  Menentukan titik lokasi yang akan di ambil datanya
       b.  Melakukan pengambilan data menggunakan theodolit dan waterpass
       c.  Mencatat hasil pengukuran tsb.

3.  Strike dan Dip

Langkah-langkah dalam mengukur strike dan dip adalah:
1.      Mencari arah jurus pada bidang (strike)
-          Kenali dulu arah utara pada kompas, agar kita tidak terbalik menentukan arah.
-          Tempelkan sisi kompas yang bertanda "E" (sisi kompas bagian timur) pada bidang yang akan kita ukur. 
-          Posisikan kompas secara horizontal dengan memanfaatkan gelembung udara pada bull eyes berada di tengah.
-          Catat derajat yang di bentuk oleh jarum magnet yang mengarah ke utara. Itulah angka Strike. Buat garis lurus searah strike untuk menentukan dip.
2.      Mencari kemiringan bidang (dip)
-          Pada garis lurus yang dibentuk strike, tempelkan sisi kompas yang bertanda "W" (sisi kompas bagian barat) secara tegak lurus.
-          Putar tuas klinometer agar gelembung udara di dalam nya berada di tengah.
-          Catat angka yang tertera pada jarum klinometer. Itulah angka Dip.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 Gambaran umum lokasi praktek
Desa bunati merupakan desa nelayan yang memanjang dari timur ke barat, sebelah utara berbatasan dengan Desa Karang indah, sebelah barat berbatasan dengan Desa Angsana, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan sebelah timur dengan Muara Sebamban. Sebelah timur sungai desa merupakan perkampungan nelayan. Mayoritas penduduk Desa Bunati berasal dari suku Bugis, , Banjar, dan Jawa.
4.2 Jenis batuan yang ditemukan di lokasi praktek
Adapun data yang diperoleh dari praktek lapang Geologi Laut di Pantai Bunati adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1. Data – data Jenis batuan
No
Kelompok batuan
Jenis batuan
Keterangan
1.
Batuan sedimen
Batu bara (Paleogen)
Wilayah garis pantai dan pada daerah tanjung Teraban di Pantai Bunati
2.
Batuan sedimen
Batu lempung
Wilayah garis pantai di Pantai Bunati
3.
Batu Sedimen
Batu Apung
Wilayah garis pantai di Pantai Bunati
Berdasarkan tabel di atas jenis batuan yang ditemukan di Pantai Bunati termasuk kedalam kelompok batuan sedimen dengan jensis batu lempung, dan batu bara (palogen). Berikut deskripsi dan pembahasan kedua batuan tersebut.
1.    Batu Bara
Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa jenis batuan yang ditemukan di Pantai Sungai Cuka didominasi oleh kelompok batuan sedimennon klastikdengan jenis batuan Batu Bara.
Batu bara termasuk dalam batuan sedimen non klastik, batuan sedimen non-klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari proses kimiawi dan proses organik. Batu bara terbentuk dari proses organik sehingga termasuk batuan  sedimen organik berasal dari sisa tumbuhan yang terubah.Serpihan daun dan batang tumbuhan yang tebal dalam suatu cekungan (biasanya dikaitkan dengan lingkungan  daratan), apabila mengalami tekanan yang tinggi akan termampatkan, dan akhirnya berubah menjadi bahan hidrokarbon batubara.
Klasifikasi batu bara berdasarkan tingkat pembatubaraan biasanya dimaksudkan untuk menentukan tujuan pemanfaatannya. Misalnya, batu bara bintuminus banyak digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik, pada industri baja atau genteng serta industri semen (batu bara termal atau steam coal). Adapun batu bara antrasit digunakan untuk proses sintering bijih mineral, proses pembuatan elektroda listrik, pembakaran batu gamping, dan untuk pembuatan briket tanpa asap (Raharjo 2006).
Batu bara yang tebal, biasanya berwarna hitam mengkilat, terkadang cokelat tua. Bituminous coal mengandung  86% karbon dari beratnya dengan kandungan abu dan sulfur yang sedikit. Umumnya dipakai untuk PLTU, tapi dalam jumlah besar juga dipakai untuk pemanas dan aplikasi sumber tenaga dalam industri dengan membentuknya menjadi kokas-residu karbon berbentuk padat.
1.    Batu Lempung
Batuan Lempung atau tanah liat adalah kata umum untuk partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang halus. Unsur – unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi.
Batu lempung termasuk dalam batuan sedimen klastik, batuan sedimen klastik terbentuk atas dasar jenis batuan atas dasar ukuran butirnya. Batu lempung adalah batuan sedimen klastik yang ukuran butirnya ukuran lempung.
Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan oksida silikon dan oksida aluminium yang membentuk kristalnya. Golongan 1:1 memiliki lapisan satu oksida silikon dan satu oksida aluminium, sementara golongan 2:1 memiliki dua lapis golongan oksida silikon dan satu lapis oksida aluminium. Mineral lempung golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang kuat, menyusut saat kering dan membesar saat basah. Karena perilaku inilah beberapa jenis tanah dapat membentuk kerutan-kerutan atau "pecah-pecah" bila kering.
2.    Batu Apung
            Batu apung (pumice) adalah jenis batuan yang berwarna terang, mengandung buih yang terbuat dari gelembung berdinding gelas, dan biasanya disebut juga sebagai batuan gelas vulkanik silikat.
Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunung api yang mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami transportasi secara horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik. Batu apung mempunyai sifat vesicular yang tinggi, mengandung jumlah sel yang banyak (berstruktur selular) akibat ekspansi buih gas alam yang terkandung di dalamnya, dan pada umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau fragmen-fragmen dalam breksi gunungapi. Sedangkan mineral-mineral yang terdapat dalam batu apung adalah : feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit, tridimit.
4.3 Geomorfologi pantai lokasi praktek
Bentang alam yang terbentuk di Desa Bunati merupakan hasil proses hasil perubahan gelombang air laut. Singkapan-singkapan batuan yang berada disepanjang pantai dikenal sebagai muka  daratan (headlands) ter-erosi, menghasilkan pasir yang kemudian diangkut di sepanjang garis pantai dan diendapkan di wilayah pantai membentuk bentuk-bentuk bentangalam tertentu.  Daerah singkapan batuan terdapat pada daerah barat desa Bunati yaitu tanjung Teraban.
Morfologi pantai di daerah Desa Bunati berbentuk pantai landai (datar). Pembentukan pantai merupakan hasil erosi gelombang air laut dan berada pada zona muka air laut, sedangkan garis pantai mundur ke arah darat sebagai akibat erosi gelombang laut.  
Bentuk pantai Desa Bunati berdasarkan materi penyusunnya termasuk Pantai berpasir. Pantai tipe ini terbentuk oleh proses di laut akibat erosi gelombang, pengendapan sedimen, dan material organik. Material penyusun terdiri atas pasir bercampur batu yang berasal dari daratan yang terbawa aliran sungai dan berasal dari daratan di belakang pantai tersebut. Di samping berasal dari daratan, material penyusun pantai ini juga dapat berasal dari berbagai jenis biota laut yang ada di daerah pantai itu sendiri.
Bentukan lahan yang terbentuk di desa Bunati berasal bentukan lahan asal fluvial dan bentukan asal marine. Bentuklahan asal proses fluvial terbentuk akibat aktivitas aliran sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan deposisional yang berupa bentangan dataran aluvial dan bentukan lain dengan struktur horisontal, tersusun oleh material sedimen berbutir halus.
Bentukan lahan yang berasal dari proses fluvial pada daerah Bunati yang ditemukan adalah delta. Delta yang terbentuk dipengaruhi oleh debit air sungai dan arus laut yang yang sama-sama kuat sehinga endapan sedimen berada di muara sungai. Tofografi delta pada desa Bunati berbentuk datar.
            Bentukan asal marine adalah bentuk lahan yang terbentuk dari proses laut oleh tenaga gelombang, arus dan pasang surut. Bentukan lahan marine yang terdapat di lokasi praktek yaitu gisik (beach) dan lidah pasir (sand spit). Gisik  yang terbentuk pada lokasi praktik disebabkan oleh arus dan gelombang.
Arus di desa Bunati merupakan arus sepanjang pantai. Angkutan sedimen pada desa Bunati dipengaruhi oleh arus dan gelombang pecah. Transport sedimen bergerak sejajar garis pantai dan mengendap pada daerah pecahnya gelombang (surf zone). Material gisik pada pantai bunati berupa pasir halus.
Lidah pasir yang terbentuk di lokasi praktik disebabkan oleh gelombang yang datang sejajar membentuk sudut sehingga arus sejajar pantai mengarah ke muara sungai. Debit sungai lebih kecil dari arus sejajar pantai lebih besar sehingga sedimen tertumpuk  pada daerah muara sungai yang menjorok kearah laut. Pada bagian ujung lidah pasir suplai sedimen lebih sedikit, yang berada di dekat sungai lebih banyak. Sebagaimana terlihat pada gambar 4.6.
4.4 Struktur geologi
Dominan formasi batuan di Desa Bunati adalah Alluvium (Qa) (yakni terdiri dari kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur). Pada daerah yang jauh dari pantai tersusun dari formasi geologi lainnya seperti Formasi Dahor (TQd).
Singkapan sedimen perselingan tipis, lapisan sejajar, antara batupasir halus dan lempung, struktur sedimen silang siur pada batupasir halus menunjukkan lingkungan pengendapan dataran banjir. Endapan batubara yang sangat rapuh dari jenis lignit dan banyak dijumpai polen mangrove rhizophora, mengindikasikan lingkungan rawa. Jadi Formasi Dahor dapat dikatagorikan sebagai endapan alufial dan rawa.
Formasi Dahor terbentuk dengan diawali gerakan tektonik yang menyebabkan batuan tua Pra-Tersier dan Tersier terangkat membentuk pegunungan Meratus. Sejalan dengan pelipatan dan pensesaran batuan tua tersebut kemudian diikuti pengendapan batuan Formasi Dahor. Formasi Dahor diperkiran berumur Plio-Plistosen diendapkan dalam lingkungan paralis. Singkapan batubara terletak 300m selatan jalan Pelaihari – Batulicin (kecamatan Kintap) terdiri atas perselingan batubara dengan lempung. Batubara berwarna hitam, hitam kecoklatan, sedang-lunak, mudah pecah, getas, tebal lapisan, 0,1m - 14m.
4.5 Kelandaian pantai
Bentuk profil kedalaman (batimetri) di wilayah Tanah Bumbu terdiri dari dua bentuk yakni di bagian barat (perairan Selat Laut) dan bagian selatan yang berhadapan dengan Laut Jawa. Pada  perairan Selat Laut, menunjukkan di daerah pesisir Kabupaten Tanah Bumbu lebih curam terutama dari Pulau Suwangi sampai ke muara Selat Laut, jika dibandingkan dengan kedalaman di pesisir Pulau Laut (Kabupaten Kotabaru), akan tetapi di perairan ini banyak terbentuk delta sebagai akibat sedimentasi. Kedalaman di perairan Selat Laut maksimal 11 m.
Profil kedalaman di bagian selatan lebih beragam, dimana pada kedalaman 5 m berkisar pada jarak  1 – 5 km dan kedalaman 10 m pada jarak 6 – 16 km. Pengaruh gelombang sangat berpengaruh di daerah ini terutama pada musim timur (angin dominan dari arah tenggara).
            Berdasarkan hasil analisis kedalaman pantai Bunati yang berhadapan dengan laut jawa, desa Bunati memiliki bentuk pantai yang landai (datar). Nilai kedalaman minimum berkisar < 1,5 m (nilai 0 di anggap sebagai daratan).kedalaman maksimal mencapai 7,5 m. Kedalaman di perairan Bunati dipengaruhi oleh hidrooseanografi baik dari darat melalui aliran sungai maupun dari laut. Akibat proses ini, sehingga profil kedalaman di perairan ini tidak beraturan, di mana  banyak terdapat sand dune (gumuk pasir) yang tidak beraturan sebagai akibat pengaruh gelombang dan arus pasut baik dari sungai maupun laut.
Bentuk relief desa Bunati menunjukkan bahwa adanya sedimentasi di daerah muara sungai sehingga daerah tersebut lebih dangkal. Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut.
Berdasarkan bentuk relief dasar perairan Bunati menunjukkan bahwa adanya sedimentasi di daerah muara sungai sehingga daerah tersebut lebih dangkal. Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut.
4.6 Strike dan Dip di lokasi praktek           
Adapun hasil pengamatan strike dan dip yang diperoleh dari praktek lapang Geologi Laut di Pantai Bunati adalah arahnya 255o dan N 83o E/3o, pengambilan data pukul 15:30,  diukur dengan menggunakan kompas geologi,
 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
·         Jenis-jenis batuan yang terdapat di sepanjang garis pantai Bunati termasuk dalam jenis batuan sedimen yang terdiri dari batu bara dan batu lempung.
·         Struktur singkapan batuan yang terdapat di pantai Bunati adalah formasi dahor dan formasi alluvium.
·         Bentukan lahan di pantai bunati berasal dari bentukan lahan asal marine dan bentukan lahan asal fluvial.
·         Berdasarkan bentuk relief dasar perairan Bunati menunjukkan bahwa adanya sedimentasi di daerah muara sungai sehingga daerah tersebut lebih dangkal.
·         pengamatan strike dan dip yang diperoleh dari praktek lapang Geologi Laut di Pantai Bunati adalah arahnya 255o dan N 83o E/3o, pengambilan data pukul 15:30.
5.2 Saran
Sebaiknya ke depannya pelaksanaan praktek dapat terkoordinasi dengan lebih baik, sehingga para praktikan tidak kebingungan saat pelaksanaan di lapangan.  Selain itu yang paling utama para praktikan dapat benar-benar memahami tujuan dari pelaksanaan praktek selain harus memahami cara-cara pengambilan data dan penggunaan alat.



DAFTAR PUSTAKA


Herlambang, Sudarno. 2004. Dasar-dasar Gomorfologi. Fakultas Matematika dan llmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Malang. Malang.

Nurdin, Ade Akhyar. 2009. Tugas Mata Kuliah Mikropaleontologi Dasar-Dasar Mikropaleontologi (Batuan, Stratigrafi, Sedimentologi). Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman. Purbalingga.

Nurlina. 2016. Materi Kuliah Geologi laut. Program Studi Ilmu Kelautan, Univeritas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

Modul praktek lapang Geologi Laut 2016 Program Studi Ilmu Kelautan, Univeritas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

Noor, Djauhari, 2010. Pengantar Geologi. Bogor.
Raharjo, 2006 . Klasifikasi Batu Bara. http://www.chem-is-try.org. (diakses pada tanggal 25 Mei 2011).

Siswati. Utomo, Radityo. 2012. Tugas Mata Kuliah. Geomorfologi Umum. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Malang. Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar